Penulis & Buku, dua hal yang tak bisa dipisahkan. Penulis yang baik adalah penulis yang juga menghargai karya-karya penulis lain, dan tentunya mau membaca buku lain juga. Sebagai blogger yang selalu membuat dongeng-dongeng di blog ini, saya suka sekali ‘menyontek’ tulisan-tulisan orang lain. Menyontek di sini saya maksudkan sebagai cara untuk belajar. Saya amati bagaimana para novelis lain membuat plot, karakter, kalimat pembuka dll. Saya belajar dari mereka. Toh, konsep AMATI, TIRU, dan MODIFIKASI di dunia blog dan nulis juga berlaku kok.
Berikut adalah 12 hal yang akan saya kasih
tahu ke Para Friend blog ini terkait beberapa judul buku yang sudah saya baca
dan saya belajar dari mereka.
12 buku yang paling berkesan bagi saya, saya
kelompokkan dalam 3 kategori : Buku Pengarang Luar, Buku Gagas Media, dan Buku
Non Gagas
Buku
Pengarang Luar
[1] Great
Gatsby – F.Scott Fitzgerald
Saya tertarik dengan novel ini karena
filmnya. Sungguh aneh memang, biasanya orang akan membaca novelnya dulu, baru
melihat filmnya. Namun, ketika di remake pada tahun 2013, saya langsung
penasaran dengan novelnya. Untung saja, penerbit lokal ada yang langsung menerjemahkan
novel terbitan tahun 1925 ini.
Mengapa tertarik?
Simpel, alur yang kuat. Scott menggambarkan setiap detail adegannya dengan sempurna sehingga membentuk satu kesatuan alur yang kuat. Selain itu, saya juga menyukai Scott dalam menceritakan si tokoh. Dia menggunakan sudut pandang orang ketiga, dimana tokoh ‘aku’ seperti ‘menceritakan’ si Gatsby. Itulah yang membuat cerita ini menarik. Novel ini menjadi salah satu novel favorit saya.
[2] The
Fault in Our Stars – John Green
Kenal dengan John Green karena novel
fenomenalnya ini. Dan ternyata dia adalah pengarang yang unik dan selalu
menggunakan Point of View penceritaan yang bermacam-macam. The Fault in Our
Stars merupakan salah satu novel terbaik karya Green, selain Paper Town.
Mengapa tertarik?
Ending yang tidak tertebak. Dari awal, kita terus menerus digiring oleh tokoh ‘aku’ bahwa hidupnya sangat menderita dengan kankernya. Kita terus menerus dihadapkan oleh pendeskripsian tokoh aku yang depresi. Namun, muncul tokoh lain yang memberi semangat, tetapi justru dialah yang akhirnya mengalami kejadian yang tidak diduga. Konsep ini pernah saya ‘contek’ ketika membuat dongeng di blog ini (baca : Sepasang Hati yang Tak Saling Tahu).
Selain ending, saya juga sangat suka cara Green menamai tokohnya : AUGUST. Dan lagi-lagi saya mencontek Green dalam penamaan tokoh di salah satu dongeng saya (baca : Lelaki yang Sering PatahHati). Sampai detik ini, tokoh lelaki ini adalah favorit saya.
[3] Perfume
– Patrick Suskind
Selain novel romance, saya juga suka membaca
novel Thriller. Beberapa buku karangan Stephen King memang selalu menarik.
Tetapi, saya justru jatuh cinta dengan salah satu novel thriller terbaik
sepanjang masa (versi saya) : Perfume.
Saya mengenal novel ini ketika kuliah. Saya
lupa ketika semester berapa (sepertinya semester 3). Itu berarti sudah sekitar
5 tahun yang lalu (ketahuan kalo tua nih). Waktu itu, ada seorang teman yang
sedang membaca novel ini dan langsung menarik perhatian saya karena judulnya
yang simpel. Saya pun langsung memburu novel itu.
Mengapa saya tertarik?
Minim dialog (hampir 90% diskripsi) dan diskripsinya sangat kuat. Di sepanjang novel setelabl 401 halaman itu, Suskind sangat jarang menggunakan dialog. Dialog hanya digunakan untuk hal-hal yang perlu. Dan saya belajar dari Suskind bagaimana dia mendiskripsikan setiap detail dialog, namun tidak membuat pembaca cepat bosan. Kalian yang kesusahan dalam membuat cerita dengan deskripsi kuat, bisa belajar dari Suskind.
Ide ceritanya juga sangat-sangat-sangat
menarik. Tentang seorang pria yang lahir dengan indera penciuman yang istimewa.
Dia kemudian menjadi ahli parfum yang terkenal. Dia terus menerus menciptakan parfum
terbaik, bahkan sampai harus membunuh seorang gadis karena menurutnya ‘bau’
seorang gadis adalah campuran parfum yang sempurna. Endingnya, juga sangat fenomenal.
Tidak percaya? Baca saja. Kamu akan berdecak kagum. Dan ini adalah novel
Thriller favorit saya.
[4] The
Notebook – Nicholas Sparks
Salah satu pengarang favorit saya. Bahkan
saya pernah secara khusus menulis tentang Sparks di sini (baca : BagaimanaNicholas Sparks Membius Pembacanya). Saya belum membaca keseluruhan karya
Sparks. Namun, dari 3 novel yang sudah saya baca, favorit saya adalah The
Notebook. The Notebook adalah salah satu kiblat saya dalam menulis romance
karena alur yang istimewa dan ide cerita yang bagus. Salah satu novel romance
yang wajib dibaca.
Buku
Gagas Media
[1] Forgiven
Dari sekian ribu buku gagas, novel lama
(karena terbit 2010) inilah yang sangat kuingat sampai sekarang. Saya
membelinya saat masih kuliah dan langsung melahap habis dalam satu malam.
Ada 2 alasan mengapa saya mencintai Forgiven.
Alasan pertama, ide cerita yang Morra Quarto
ambil tidak kacangan ditengah gemburan novel romance lain saat itu. Tentang
seorang pecinta fisika yang ingin mewujudkan mimpi-mimpinya dibumbui dengan
kisah romantis dengan kisah ‘aku’. Morra berhasil menarik saya untuk terus
membaca hingga lembar terakhir. Pendeskripsian yang sederhana dan cepat tidak
membuat saya bosan, justru menjadi daya magnet tersendiri.
Alasan kedua, karena Will. Setelah Augustus, Will adalah tokoh pria yang saya ingat. Namanya simpel, namun menarik. Pecinta fisika, pengagum Albert Eistein. Jarang sekali tokoh novel yang ‘menggagumi’ fisika waktu itu, padahal novel yang lain lebih menonjolkan sisi sempurna cowok sebagai pebasket, ketua OSIS, pemain band, dll. I love Will.
[2] Notasi
– Morra Quatro
Lagi-lagi novel Morra yang berhasil membuat
saya tertarik. Walaupun belum semua novelnya saya baca, tetapi Forgiven dan
Notasi adalah favorit saya.
Mengapa saya mencintai Notasi? Jawabannya sangat sederhana : karena settingnya di Yogyakarta, di UGM. Yogyakarta adalah rumah saya, UGM adalah mantan universitas saya. Saya mencintai keduanya. Ketika membaca Notasi, saya seperti hidup kembali di jaman kuliah dan tahu detail-detail yang digambarkan oleh Morra. Termasuk detail Fakultas Teknik (fakultas saya) dan juga Radio Swaragama yang menjadi salah satu sentral cerita.
[3] Sabtu
Bersama Bapak – Adhitya Mulya
Novel keluarga terbaik versi saya dan
teman-teman saya. Saya membelinya ketika sedang menunggu pesawat delay di Bandara Sultan Hasanudin,
Makassar. Saat itu saya sedang kecapekan setelah jalan-jalan di Wakatobi dan
sedikit kesal karena pesawat delay. Akhirnya saya pergi ke toko buku di pesawat
itu, dan melihat novel Adhitya ini. Saya waktu itu benar-benar iseng membelinya.
Selama menunggu pesawat, saya membaca novel
ini. Dan dari halaman pertama, saya sudah mulai tersedot untuk terus
membacanya.
Mengapa? Adhitya benar-benar pintar dalam merangkai kata menjadi sederhana, tapi penuh makna. Saya bahkan tidak bisa lepas dari novel itu dan langsung saya lahap hari itu juga. Jujur, ini novel pertama yang membuat saya menangis. Simpel, novelnya sangat simpel. Tapi karena kesederhanaan itulah, justru makna-makna yang Adhitya sampaikan jadi kena banget. Setelah membaca novel itu, saya langsung menelpon Bapak saya yang ada di Yogyakarta.
[4] Creative
Writing – AS Laksana
Inilah salah satu kitab penulis Indonesia.
Saya mendapatkan saran ketika membaca e-book Raditya Dika : Rahasia Menulis
Kreatif. Saya yang sedang dalam proses belajar menjadi penulis yang baik,
sangat-sangat-sangat kagum bagaimana AS Laksana bisa memberikan ‘kuliah’ dalam 208
halaman.
Berbeda dari buku-buku ‘rahasia menulis’
terbitan Indonesia yang lain, AS Laksana tak hanya menguraikan teori, namun
juga contoh langsung yang konkrit. Setiap BAB tidak terlalu bertele-tele
(bahkan hanya sekitar 3-4 halaman), namun justru lebih mudah untuk dipahami.
Kamu lagi belajar menulis? Wajib baca buku
ini.
Buku
Non Gagas
[1] Perahu
Kertas
Salah satu karya Dee favorit saya. Saat
membaca novel ini, saya sempat skeptis, apa bisa Dee menulis Pop setelah
karya-karya ilmiahnya di Supernova? Ternyata? Luar biasa. I love that. Cerita Kugy dan Keenan benar-benar melekat di otak
saya sampai sekarang. Dan saya selalu bermimpi bisa seperti Dee : menciptakan
hal-hal simpel yang kena banget. Misal : Kantin Pemadam Kelaparan, atau Radar
Neptunus.
Dari semua elemen di novelnya, saya suka cara
Dee menutup ceritanya. Saat Kugy dan Keenan berjalan berdua di tepi pantai,
kemudian diakhiri dengan surat kepada Neptunus yang memberitahukan bahwa ada
‘K’ kecil di perut Kugy. Benar-benar indah dan romantis. Selain itu, konflik di
cerita ini juga sangat kompleks : cinta, mimpi, keluarga, dan persahabatan
saling bertautan membentuk satu kesatuan cerita yang sempurna.
[2] Filosofi
Kopi
Salah satu cerpen favorit saya setelah Salawat
Dedaunan karya Yanusa Nugroho. Filosofi Kopi memiliki ide sederhana yang
ternyata luar biasa : Dalam hidup kita akan terus mencari-cari kesempurnaan.
Kisah Ben dan Jodi ini menjadi favorit saya. Dee pun menggunakan bahasa yang
sangat sederhana, tidak jlimet, tapi justru langsung tepat sasaran.
Namun, dari semua elemen di cerpen ini,
bagian ending adalah favorit saya.
[3] Sunshine
Becomes You
Salah satu novel romance Indonesia yang wajib
di baca. Saya penggemar Ilana Tan dan karya-karyanya. Semua bukunya sudah ada
di rak buku saya, namun Sunshine Becomes You adalah favorit saya. Ilana Tan
memang fenomenal dan menurut saya dia menjadi salah satu kiblat penulis romance
Indonesia. Cara dia membuat cerita, alur, karakter, setting benar-benar
mengagumkan.
Mengapa saya mencintai Sunshine Becomes You? Dibuka dengan opening yang langsung ke pokok masalah, membuat saya belajar bahwa dalam membuat novel harus langsung to the point. Dan Ilana Tan dalam novel ini, benar-benar bisa mengaitkan adegan pembuka dengan ‘masalah utama’ di novel ini dengan sempurna. Ternyata adegan MIA CLARK yang jatuh dan menimpa ALEX HIRANO bukan karena sebab. Karena dia….baca sendiri deh ya hehe.
Selain itu, Sunshine Becomes You menjadi novel Tan yang syarat dengan deskripsi tempat dan karakter yang kuat. Walaupun, novel-novelnya yang lain sama seperti itu, tetapi novel ini menjadi favorit saya.
[4] 5
Cm
Berbeda dengan cara penceritaan novel lain,
novel ini langsung menyedot perhatian saya.
Dari teknik, sungguh novel ini biasa saja.
Tetapi kesederhanaan cerita, semangat, ide, dan ending yang brilian menjadi
dasar yang kuat mengapa novel ini dicintai oleh sejuta umat dan membuat orang
jadi rebutan mau naik gunung.
Ide-nya bukannya sederhana: setiap orang
punya mimpi yang harus diwujudkan. Itulah mengapa saya mencintai novel ini.
[2]
Buku yang Pernah Membuatku Menangis
Sabtu Bersama Bapak. Sudah saya jelaskan di
pertanyaan nomer pertama. Buku ini benar-benar amazing. Kisah Satya, Cakra, dan
Bapaknya benar-benar menginspirasi. Selesai membaca ini, saya langsung teringat
Bapak dan menangis. Bagaimanapun sebagai seorang ayah, ayah kita selalu mencoba
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Novel parenting yang sukses membuat
saya sesegukan dan langsung menelepon bapak saat itu juga.
[3]
Quote dari Buku yang Saya ingat dan Menginspirasi.
Ada tiga quote yang menjadi favorit saya.
Yang pertama dan kedua saya hafal, yang ketiga saya nggak hafal karena panjang.
“Hati tidak pernah dipilih. Hati dipilih.”
(Perahu Kertas, Dee Lestari)
“Jika jarak itu palsu, bagaimana dengan rindu. Jika jarak itu nyata, bagaimana dengan cinta.” (Jogja After Sunset, novel karya saya sendiri yang terbit tahun lalu)
Qoute yang ketiga sebenarnya sangat panjang.
Sedikit banyak saya hafal, tapi belum sepenuhnya. Namun, quote ini benar-benar
menginspirasi saya bahwa dalam hidup kita harus ‘berbeda’ (dalam artian
positif).
“Di hamparan gurun yang seragam, jangan lagi menjadi butiran pasir. Sekalipun nyaman engkau di tengah impitan sesamamu, tak akan ada yang tahu jika kau melayang hilang.” (Salju Gurun, dalam kumpulan prosa Filosofi Kopi, Dee Lestari).
[4]
Tokoh dalam Buku yang Ingin Saya Pacari (#Eh). Kenapa?
Tokoh yang ingin saya pacari? Jelas banget ::
NIKI dari Refrainnya Winna Efendi. Smart, pintar, apalagi digambarkan oleh
Maudy Ayunda dalam filmnya. Jadi semakin meleleh.
Niki digambarkan oleh Winna sebagai seorang
gadis yang enerjik, pantang menyerah, cerdas, dan setia kawan. Sebagai seorang
wanita, seharusnya semua wanita seperti itu.
[5] Ending
Novel yang Berkesan buat Saya dan Tak akan Saya Lupakan.
Sunshine Becomes You. Saya tak akan
menjabarkannya di sini. Namun, ending novel ini benar-benar sangat menyentuh.
Bagaimana Alex Hirano bisa seromantis itu.
[6]
Buku Pertama Terbitan Gagas Media yang Saya Baca.
REFRAIN saya beli karena saya dibuat
penasaran oleh teman saya yang juga rajin baca. Refrain benar-benar membuat
saya kembali ke masa putih abu-abu.
[7]
Judul Buku Menarik yang ada di Rak Buku Saya.
Setelah saya amati, ternyata saya suka
judul-judul buku yang panjang. Kesannya romantis. Dan sedikit banyak
mempengaruhi dongeng-dongeng saya di blog ini.
a. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
– Tere Liye
b. Surat Panjang untuk Jarak Kita yang
Semilyar Tahun Cahaya - Dewi Kharisma Michellia
c. Dan Hujan pun Berhenti – Farida Susanty
d. Jatuh Cinta adalah Cara Terbaik untuk
Bunuh Diri – Bernard Batubara
e Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
– Eka Kurniawan
f. Perempuan Patah Hati yang Kembali
Menemukan Cinta Melalui Mimpi – Eka Kurniawan
[8]
Cover Buku yang Saya Suka di antara Buku yang Saya Punya.
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.
Simpel keren.
[9] Tema
Cerita apa Yang Saya Sukai
Cinta segitiga. Saya suka tema dengan cinta
segitiga. Selain itu, tema ‘meraih mimpi’ juga suka (seperti 5 Cm, Refrain,
Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin). Sahabat jadi cinta juga menarik kok
J
Namun buat saya, tema apapun akan saya suka,
namun ending cerita harus tidak boleh tertebak. Saya suka twist.
[10]
Penulis yang Ingin Saya Temui dan yang akan Saya Lakukan Kalo Ketemu Dia.
Raditya Dika. Saya hanya ingin tanya :
bagaimana dia bisa sejenius itu, dan ingin mendengar perjuangan dia saat
awal-awal menulis secara detail (pas workshop selalu singkat ceritanya, kurang
puas). Jadi saya berharap dapat waktu ekslusif, sambil ngopi mungkin.
[11] Lebih
Suka Baca E-Book atau Buku Cetak?
Buku cetak (60%) E-Book (40%).
[12]
12 Kata untuk Gagas Media
“Gagas Media, Berkaryalah Terus Tanpa Batas, Menghadirkan
Karya Yang Penuh Inspirasi Mendunia”
Tulisan ini saya buat untuk saya ikutkan ke “Kado
untuk Blogger” dalam Rangka Ulang Tahun Gagas Media yang ke-12.
SELAMAT ULANG TAHUN GAGAS MEDIA. Terus bergegas dalam melahirkan penulis-penulis muda berbakat.
Ya ampun. Kayaknya kebanyakan buku diatas aku malah milih nonton deh, Mas. Suka nonton sih. Hehe. Nanti mau coba cari buku yang dikasih tahu diatas ahh. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin kayaknya bagus :)
ReplyDeleteKalo saya sih enakan baca novelnya. Kadang ada beberapa part di novel yang nggak ada di film.
DeleteBanyak banget yang nyebutin Sabtu Bersama Bapak nih, emang keren sih :D
ReplyDeleteEmang keren kok hehe. Saya sampai nangis.
Deletewau kutu buku,,, saya lebih suka baca buku non fiksi,,, tapi kebanyakan buku dirumah saya berisi bahasa pemrograman... maklum lah kuliah ngambil komputer *ehhh maling donk*
ReplyDeleteHarus diselingi buku fiksi bro biar nggak berasap otaknya
Delete