KAWAN KELANA



Setiap kita punya kawan. Yang perjumpaannya tidak pernah ada yang tahu. Yang perpisahannya tidak pernah tahu. Kawan kecil yang kemudian hilang. Berganti dengan kawan-kawan baru. Kawan yang ditemui di setiap kita menjemput hari, menjemput mimpi.

Tapi, kita selalu punya kawan kelana, seorang kawan yang tak punya tujuan, karena bersahabat dengannya tanpa alasan. Kawan yang datang, hilang, lenyap, tapi masih selalu saling memberi kabar.

Bersamanya, mimpi selalu nyata. Kawan yang tak mempermasalahkan, yang salah dianggap benar, yang benar dianggap salah. Meski masih sering saling mengingatkan. 

Kata orang, seorang kawan yang sudah lebih dari sepuluh tahun bersama, maka susah rasanya di pisahkan. Busuk-busuknya sudah tahu. Baiknya tak perlu diumbar-umbar. Ia yang datang susah senang, bukan karena ada tujuan.

Aku bertemu dengannya bahkan ketika kita sama-sama tak punya apa-apa. Saat kita membangun mimpi bersama. Kemudian dia pergi lama sekali, tak ada kabar, kemudian kembali datang. Seperti seorang pejuang yang kalah dari perang. Kita membangun koneksi kembali, mencari kembali arti kebersamaan dan persahabatan.

Saatku terpuruk, bukan lagi karena masalah materi, tapi juga cinta dan tetek bengek kehidupan lainnya. Ia tetap ada. Meski kita sama-sama tak ada.

Kemudian, kita sama-sama membangun mimpi-mimpi. Diskusi, debat, itu hal biasa. Toh, pada akhirnya kita tetap menjalani persahabatan ini bersama. Bersama kita mengendarai sepeda ‘mimpi kita’, saling dukung saling memberi semangat.

Dia pula yang tahu tentang semua kisahku padamu. Yang tak perlu kuceritakan, dia sudah menduga. Yang tak perlu kubertanya, dia akan ada saat aku dalam ketidakberdayaan kata.

Kita yang tak perlu ingat hari ulang tahun masing-masing. Yang perlu kita ingat bahwa kita membangun mimpi bersama.

Bukankah itu arti kawan yang sesungguhnya?

- AKSA -

8 comments

  1. Duh, aku jadi inget ama temanku. Orang paling ganteng yang aku temui. Tapi berteman dengannya selalu ada suka dukanya, dukanya ya tiap ada cewek yang aku suka, eh tiap itu juga lengket ama dia.
    --
    Sudah 2 tahun kurang, tidak lagi bersama. Dan aku merasa kurang karenanya.
    Dia ada suka bikin sebel. Dia hilang, aku jadi hambar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semakin dewasa, kita akan semakin tahu, mana yang sejatinya kawan sejati, mana yang bukan. Semoga persahabatan kalian tetap awet yah meski sudah tidak bersama-sama lagi...

      Delete
  2. susah mencari teman seperti itu ya, teman sejati

    ReplyDelete
  3. Pernah ada yang bilang, siklus pertemanan itu selalu berputar.

    Dari orang asing, menjadi kenalan, lalu teman, lalu sahabat erat. Kemudian siklusnya berlanjut, karena satu dua perkara, sahabat menjadi teman, lalu menjadi kenalan, kemudian kembali jadi orang asing.

    Tapi hidup terus berlanjut. Ada hal-hal yang kadang tak bisa kita pahami.
    People change.
    They come and go.
    Just like that.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju sekali, hidup terus berlanjut dan ada hal-hal yang tidak bisa kita pahami.

      Delete