CERITAKU : MENAPAKI TANGGA MASA DEPAN, KELUAR DARI ZONA NYAMAN, DAN MENJADI FULL TIME WRITER


Aku tidak pernah membayangkan dulu bisa bergabung di salah satu perusahaan otomoti bonafit di negeri ini, bahkan sebelum aku wisuda. Aku mendaftar kerja bahkan ketika aku masih menyusun skripsi. Aku diterima bekerja di akhir September, namun baru diwisuda di bulan November. Berkah dari Tuhan yang terus aku syukuri. Aku tidak pernah membayangkan dulu bisa bekerja di perusahaan otomotif bonafit, karena perjalanan pendidikanku tidak semulus yang kukira.

Ketika semua fasilitas di perusahaan kudapatkan; uang kesehatan terjamin, bonus tahunan terjamin bahkan hingga 11 kali gaji, uang transport ada, gaji bulanan cukup, lingkungan kerja yang enak; aku malah membuat sebuah keputusan besar tepat di usia yang tidak lagi muda. Banyak orang yang bertanya dan menyayangkan, namun tidak sedikit yang mendukung.


Aku memutuskan untuk pergi, meraih mimpi yang sejak dulu ada di pikiranku. Aku memilih untuk menapaki tangga baru kehidupan, melewati labirin yang aku tak mengerti akan bermuara di mana.

Apa aku sanggup melepaskan semua fasilitas yang kuterima itu?
Apa kabar dengan masa depanku?
# # #


Mari kita tengok dulu cerita masa kecilku. Perjalanan pendidikanku.
Kira-kira sebelum ujian akhir nasional SMP, Bapak pernah bilang kepadaku bahwa aku tidak mungkin akan kuliah. Biaya dari mana, kata beliau. Meski begitu, beliau terus menyemangatiku untuk selalu berprestasi di sekolah. Ya, nanti lihat-lihat saja. Coba kamu belajar yang rajin terus, biar Bapak semangat cari duitnya. Semangatnya itulah yang membuatku ingin meraih nilai ujian terbaik.


Akhirnya pendaftaran SMA pun dimulai. Aku mencoba mendaftar ke SMA Favorit di kota, dengan harapan akan banyak kesempatan beasiswa di sana. Ah, nanti jika sekolah di desa, pasti aku tidak berkembang. Begitulah pikiranku saat itu. Namun, Bapak dan Ibu melarangku. Beliau hanya khawatir, aku justru akan minder dengan teman-teman di kota.

“Sudah, sekolah saja di SMA Kecamatan,” kata beliau berdua. Aku menggeleng. Tetap pada pendirian. Ya, namanya masih remaja. Tapi hari itu, aku menyadari sesuatu, bahwa doa orang tua memang mujarap. Waktu hari pengumuman, aku tidak diterima di SMA Favorit. Hatiku hancur seketika, langsung membayangkan hal yang aneh-aneh. Bagaimana jika aku tidak bisa sekolah. Mau sekolah dimana. Mau jadi apa?

Untung saja SMA Kecamatan masih membuka peluang pendaftaraan gelombang kedua. Masih dibutuhkan 5 orang lagi., Bapak dan Ibu menguatkanku. Beliau berdua berkata bahwa aku akan baik-baik saja. Tidak mengapa bersekolah di Kecamatan, toh jika kamu berprestasi justru akan sedikit persaingannya. Aku pun setuju untuk mendaftar, dan tentu saja, aku jadi peringkat pertama karena nilaiku paling tinggi di sana.

Di SMA itulah, pikiranku kembali terbuka, aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Bapak dan Ibu selalu menyemangati. Sejak SD kamu sudah juara, sekarang juga harus. Aku tidak menyinyiakan kesempatan untuk terus belajar. Berusaha untuk selalu jadi yang terdepan, harus juara UMUM, harus aktif di semua organisasi. Saat itulah, aku hanya ingin terus jadi yang terbaik. Belum tahu ingin jadi apa.  Belum tahu hendak ke mana.

Tujuanku satu : aku harus dapat beasiswa.

Kabar baiknya, akan ada pendaftaran beasiswa di universitas-universitas negeri untuk anak-anak yang berprestasi. Dua orang akan didaftarkan ke UGM, jurusan apapun. Hal itulah yang membuatku bersemangat. Akhirnya aku menjadi 1 dari orang tersebut. Kuliah di Teknik Industri UGM, gratis selama 8 Semester. Dan sebelum wisuda, aku sudah bergabung dengan perusahaan otomotif di negeri ini.

Tentu saja aku bangga. Bapak Ibu pun bangga. Namun, ada satu hal yang salah ketika akhirnya aku memutuskan untuk bekerja di dunia otomotif: aku tidak suka otomotif. Sejak awal aku menyadari itu. Lulus dari Teknik Industri, aku memang sedikit ‘bingung’ mau jadi apa. Keresahan biasa dari seorang mahasiswa.


Terjebur di dunia otomotif, tepatnya menjadi seorang Marketing Communication, membuatku sedikit kecewa dengan pilihanku. Namun, aku menyukai pekerjaannya, menjadi seorang Marcomm. Kesempatan itulah yang membuatku bisa bertemu dengan orang-orang, media, dan lain-lain. Kemampuan komuniasiku meningkat.

Namun, aku tetap tidak melupakan impian masa kecilku : aku ingin menjadi seorang penulis.
# # #


Aku masih ingat, saat itu kelas 2 SMP. Guru Bahasa Indonesiaku, namanya Bu Yayuk (Semoga beliau senantiasa mendapatkan kebahagiaan di manapun berada), mengadakan sayembara menulis puisi se-sekolah. Bersaing dengan kakak-kakak kelas, justru puisikulah yang jadi juara. Dimasukkan ke buku puisi beliau. Aku sendiri yang menulis di buku itu. Waktu kelas 3, lagi-lagi karena beliaulah, aku diminta untuk ikut lomba menulis, dan akupun juara. Aku masih ingat ketika menerima piala di halaman gedung Bapak Bupati, pulang dengan piala dan kemudian membeli bakso berdua dengan Bu Yayuk. Tulisanmu bagus, kamu harus asah terus. Semangat itulah yang mengobarkan hatiku.

Saat kelas 2 SMA, aku mengikuti lomba menulis drama se-provinsi DIY. AKu menang. Itulah pengalaman pertamaku, ikut lomba menulis, didampingi oleh Guru Bahasa Indonesia dan Wali Kelasku. Aku Juara 3. Dua orang yang terus menyemangatiku untuk terus berprestasi.

Suatu hari, saat kelas 3 SMA, ada seorang guru yang menanyai cita-citaku, dan aku menjawab aku ingin menjadi seorang penulis. Dan beliau berkata bahwa tidak ada masa depan untuk seorang penulis. Aku sedikit kecewa dengan hal ini. Impianku untuk menjadi penulispun kupendam saat itu juga. Meskipun, aku terus saja menulis. Menulis cerpen, menulis apapun. Namun, nyala api impianku meredup.

Saat aku sudah kuliah, aku hanya fokus untuk kuliah. Aku tidan ingin beasiswaku dicabut hanya karena nilai IPK-ku jatuh dan dibawah standar yang sudah ditetapkan. Tetapi sesekali aku masih menulis, sesekali masih mencuri waktu.

Hingga aku sudah bekerja, dan impian itu semakin jauh, semakin jauh sekali.

Suatu malam, mendadak keinginan itu muncul lagi begitu kuat. Sangat kuat. Saat itu tahun 2014, aku masih ingat itu. Namun, aku hanya bisa memendamnya lagi. Emang bisa ya, aduh nanti gimana ya. Aku kan belum menikah, aku kan masih ada dua orang tua yang harus kubahagiakan.

Namun, akhirnya kuputuskan. Kubulatkan tekad. Sebelum semuanya menjadi kenangan, dan aku akan menyesal. Aku akan mencoba. Takkan kuulangi lagi kesalahan yang dulu pernah kulakukan, melupakan impian.


Awal tahun lalu, akhirnya kuputuskan untuk mencoba.
Ya, aku harus mencoba sebelum aku menyesal nantinya. Ketika awal tahun lalu, aku menceritakan rencanaku untuk keluar kerja dari Perusahaan Otomotif Bonafit negeri ini kepada Bapak, beliau tidak berkata apa-apa.

“Aku mau jadi penulis, Pak,” ucapku waktu itu. Menggapai mimpiku sejak dulu, yang terpendam karena aku mengejar hal lain.

“Bapak saat ini sudah tidak bisa selalu melindungimu. Apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu?”

Tentu saja, aku tahu kekhawatiran orang tua kepada anaknya yang diumur hampir kepala tiga, memutuskan hal besar. Keluar dari zona nyaman dan mencari ‘berlian’ yang belum tahu di mana tempatnya. Ibaratnya, aku melepaskan uang satu milyar rupiah, kemudian terjun bebas ke jurang. Aku tidak tahu apakah di bawah jurang adalah sungai dengan buaya-buaya lapar, atau justru permadani empuk yang penuh berlian.


Ibu juga tidak banyak komentar, justru menyemangatiku.
“Kamu sudah yakin?” tanyanya. Aku hanya bilang, aku belum tahu. Tapi aku akan mencobanya. Dan beliau pun diam sejenak. “Ibu hanya ingin melihatmu baik-baik saja. Namun, Ibu tidak akan mengekang apapun keputusanmu untuk masa depanmu. Tidak ada yang tahu masa depan seseorang, kecuali dirinya sendiri dan diridhoi oleh Tuhan,”

Aku menitikkan air mata. Lalu beliau memberiku semangat-semangat untuk melakukan apapun yang kusuka. Sak karepmu, asal kowe bahagia. (Terserah kamu, asal kamu bahagia).

Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja. Tentu saja. Karena di jaman sekarang ini, aku hanya perlu mengikuti kata hati. Bapak tentu saja akan terus melindungiku.

Ya, benar kata Bapak, tidak pernah ada yang tahu masa depan. Kewajiban kita hanya merencanakannya.
# # #



Berbekal keinginan yang kuat, pertengahan tahun ini, kuputuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai seorang Marcomm. Keputusan besar yang harus kupikirkan matang-matang. Namun keputusan itu semakin kuat, setelah aku membaca buku WHAT I TALK ABOUT WHEN I TALK ABOUT RUNNING-nya HARUKI MURAKAMI. Dalam buku itu, Murakami menjelaskan bagaimana ia bisa menjadi seorang penulis (dan juga pelari ternyata), bagaimana ia memotivasi diri. Kalimat-kalimat dalam buku itu membakar habis keraguanku.

“Aku tidak mulai berlari karena seseorang menyuruhku untuk menjadi seorang pelari. Sama seperti aku tidak menjadi seorang novelis karena ada orang lain yang menyuruhku. Aku selalu melakukan apa pun yang kuinginkan dalam hidup ini. Orang-orang mungkin akan coba menghentikanku dan meyakinkanku bahwa yang kulakukan salah, tetapi aku takkan goyah.”


Aku pernah membaca kisah Trinity yang keluar dari perusahaan dan fokus menjadi Travel Blogger.  Dalam buku itu, Trinitty membagikan kisahnya termasuk persiapan yang harus dilakukan sebelum ia hengkang dari perusahaan tempatnya bekerja. Trinity memberikan tips (yang ia peroleh dari Profesornya selama ia kuliah S2), yaitu bikinlah business plan untuk lima tahun kedepan, dengan mempertimbangkan kemungkinan pemasukan-pemasukan dari apa yang akan kamu lakukan.

Saya menjadi bersemangat sekali untuk melakukan apa yang aku idam-idamkan itu.

Ya benar sekali, setelah kupikir-pikir kendala-kendala yang ada di pikiranku mengapa selama ini tidak berani adalah karena urusan finansial. Maka aku membaca banyak buku. Merencakan segala sesuatu. Setelah benar-benar menjadi seorang full time writer, aku akan terus mengupgrade diriku sendiri. Belajar terus tanpa henti.

Setelah membaca buku sana sini, setidaknya ada 2 hal yang kupersiapkan sebelum aku memutuskan menjadi seorang full time writer.



             PERSIAPAN FINANSIAL
Aku pikir ini adalah masalah utamaku mengapa dari kemarin aku tidak berani untuk keluar dari zona nyaman. Jadi setelah menghitung tabungan selama lebih dari setahun tanpa gajian bulanan, dan mempertimbangkan pengeluaran-pengeluaran, fix aku berani untuk melakukan apa yang kuidamkan. Ada beberapa pengeluaran yang terpaksa kutambahkan, dari hanya sekedar bayar kosan, makan, dan transportasi. Aku juga harus memikirkan asuransi terhadap diriku.

Waktu masih bekerja di perusahaan, tentu saja aku menerima tunjangan kesehatan. Jadi aku tidak perlu khawatir jika sewaktu-waktu sakit karena ada uang kesehatan yang jumlahnya lumayan, atau jika mendadak aku dirawat di Rumah Sakit. Namun karena sekarang aku telah bekerja untuk diriku sendiri, aku harus mengalokasikan uang asuransi kesehatan dan jiwa.

             PERSIAPAN DIRI DENGAN MOTIVASI TINGGI
Aku harus memotivasi diriku sendiri untuk terus fokus menggapai yang aku pikirkan, tanpa perlu memikirkan keadaan kanan dan kiri. Kemarin-kemarin aku sibuk membandingkan hidupku dengan orang-orang di sekitarku.

Ah si dia sudah menikah, ah si dia sudah punya anak, ah si dia habis beli mobil, astaga dia baru aja beli rumah, aduh si dia habis naik jabatan, dan ah ah si dia yang lain. Pikiran-pikiran inilah yang membuatku tidak ke mana-mana, diam saja tanpa melakukan apa-apa. AKu hanya melakukan pekerjaan di kantor, tanpa mengupgrade diriku sendiri.

Setelah memutuskan menjadi seorang full time writer, setiap hari aku terus memotivasi diri. Tidak mudah bekerja tanpa aturan dari orang lain. Kita adalah bos, karyawan, dan peraturan itu sendiri. Jadi, aku harus memotivasi diriku setiap hari. 

Menurut Murakami, “Menjadi seorang creator, motivasi adalah hal yang nyata dan tersimpan di dalam diri, bukan hal yang memiliki bentuk atau TUNTUTAN dari pihak lain.” Jadi, aku pun terus memotivasi diri untuk menjadi apa yang kuinginkan.

Setelah memastikan bahwa uang tabunganku cukup dan aku telah membuat plan selama dua tahun ke depan (jangka pendek) dan 5 tahun ke depan (jangka panjang), setelah aku memantapkan hatiku dan memotivasinya setiap waktu, aku memutuskan untuk berkarya. Menjadi seorang writerpreneur.


Siapa sih yang tidak takut dengan masa depan? Namun, jika kita sudah merencanakannya, kita tidak perlu takut. Hanya perlu menjalankannya langkah demi langkah. Aku sendiri setelah memutuskan menjadi full time writer, mulai menulis apa yang akan aku lakukan. Tujuanku ada 3 hal :


Bebas Waktu untuk Menulis
Aku menjadi memiliki banyak waktu untuk membaca dan berkarya melalui tulisan. Yang menjadi PR utama adalah bagaimana aku bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk membuat karya sebanyak mungkin dan bermanfaat untuk orang-orang sekitar.

Sehat Bugar
Menjadi sehat di hari tua nanti adalah impian. Jadi sudah saatnya mulai kembali hidup sehat dengan berolahraga dan makan-makanan yang sehat. Untuk menjadi seorang penulis pun, aku ingin memiliki tubuh yang sehat dan bugar agar terus bisa berkarya kapan aja.

Bebas Finansial
Bebas finansial tentu saja menjadi dambaan setiap orang. Salah satu kuncinya adalah dengan memiliki pasif income melalui investasi. Tentu saja aku ingin membeli rumah impianku, mobil impian, dan juga pengen sekali nanti bisa UMROH dan HAJI dengan uangku sendiri. Dan hal ini bisa aku capai jika aku memiliki kebebasan finansial.


Lantas, bagaimana agar aku bisa mencapai ketiga hal tersebut. Setidaknya ada 4 hal yang akan aku lakukan setelah aku memutuskan menjadi full time writer.

TERUS MENULIS
Aku akan terus berkarya melalui blog dan cerita-cerita fiksi. Kebahagianku adalah ketika aku bisa membuat cerita-cerita yang kusuka. Menghadirkan dunia imajinasiku ke sebuah tulisan dan membagikannya kepada orang lain.

Aku kini tidak takut untuk memulai dan tidak takut untuk ‘tidak disukai oleh orang lain’. Pekerjaan utamaku hanya terus berlatih dan menghasilkan sebaik mungkin.

Setelah itu, sebarkan tulisan kita. Bisa di social media, blog, ataupun melalui penerbit major. Jangan lupa untuk menjadi marketing yang baik untuk tulisan-tulisan kita sendiri.

OLAHRAGA ITU WAJIB
Ada satu buku panduan favoritku dalam mengarahkan aku menjadi seornag penulis, yaitu WHAT I TALK ABOUT WHEN I TALK ABOUT RUNNING karya HARUKI MURAKAMI. Di buku ini, Murakami memberikan nasihat bahwa ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang penulis, maka tubuh kita harus terus bugar. Murakami sendiri akhirnya memutuskan untuk menekuni kegiatan Marathon disamping pekerjaannya menjadi seorang penulis.



MENJADI PRIBADI YANG MENYENANGKAN.
Terus menjalin pertemanan dengan siapapun baik offline maupun online dengan Ikut komunitas, blogwalking. Terus berusaha menjadi orang yang menyenangkan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Koneksi itu berbuntut panjang, kok. Tidak bisa langsung dipetik sekarang, tapi jangka panjang.


CREATE MULTIPLE INCOME DAN BELAJAR INVESTASI
Menjadi seorang yang bekerja untuk diri sendiri, maka urusan ‘waktu’ dan ‘finansial’ adalah tanggung jawab sendiri. Urusan finansial inilah yang sangat ribet. Kita harus benar-benar pintar mengaturnya. Agar terbebas dari masalah finansial, tentu saja aku harus memiliki banyak pemasukan dari menulis dan mulai bejalar untuk investasi.

Dari mana saja pemasukkannya? Menulis buku, menulis artikel berbayar, ikut lomba blog, dan lain sebagainya. Banyak kok. Kuasai bidang yang disukai.

Dulu saat masih bekerja, aku mungkin hanya menabung saja. Namun, semakin dewasa aku semakin sadar bahwa memiliki tabungan saja tidak cukup. Menabung hanya untuk kebutuhan yang jangka pendek. Menabung hanya akan menimbun uang. Padahal, untuk menjadi seseorang yang bebas secara finansial, kita harus memiliki pasif income. Untuk memenuhi kebutuhan jangka menengah dan panjang, kita harus berinvestasi. Investasi merupakan salah satu cara untuk mendayagunakan dana yang kita miliki untuk masa depan. Banyak pilihan investasi saat ini, mulai dari deposito, emas, reksanada dll.


ALOKASI DANA UNTUK ASURANSI
Bekerja sendiri di rumah membuatku harus memikirkan asuransi yang tepat untuk diriku sendiri, baik asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa. Karena tidak lagi bekerja di perusahaan, aku harus pintar-pintar sendiri memilih asuransi. Karena tidak ada orang yang akan mengurusiku. Tidak ada gaji bulanan yang langsung dipotong untuk membayar asuransi. Tidak ada tunjangan kesehatan. Jadi, asuransi kupikir adalah hal penting.

Mengapa sih asuransi itu penting. Setidaknya ada 5 alasan yang membuat asuransi itu penting.



Memilih asuransi tidak kalah penting dari asuransi itu sendiri. Sesuaikan dengan kebutuhan kita, misalnya asuransi jiwa, kesehatan, pendidikan, mobil dan lain-lain. Salah satu asuransi yang harus kita punya adalah asuransi jiwa.

Ada 4 alasan mengapa asuransi jiwa itu penting.



Jika kita sudah menentukan jenis asuransinya, tentu saja kita juga harus menentukan perusahaan asuransi yang tepat. Saat ini, banyak sekali perusahaan asuransi yang ada di sekitar kita. Mulai dari asuransi yang konvensional sampai Asuransi Syariah



Salah satu produk asuransi yang memberikan keuntungan lebih adalah AlliSya Protection Plus dari Allianz Syariah. AlliSya Plus Protection Plus merupakan produk asuransi plus Investasi berbasis syariah dengan perlindungan seumur hidup. AlliSya Plus Protection memberikan perlindungan maksimal.



Mengapa sih harus memilih Asuransi Jiwa dan Investasi dari Allianz Syariah? Karena program ini memberikan perlindungan maksimal atas kejadian yang tidak kita harapkan yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan kita, sekaligus juga memberikan manfaat investasi untuk masa depan.

Ibaratnya paket Two In One. Dengan membayar premi asuransi, kita akan mendapat dua keuntungan sekaligus, yaitu perlindungan diri dan juga nilai investasi. Menarik, ya. Cek untuk informasi lebih lanjut di sini.



Mengapa harus Allianz?
Allianz merupakan salah satu perusahaan global terbesar yang bergerak di bidang layanan asuransi dan manajemen aset. Telah berdiri sejak 1890 di Jerman sebagai perusahaan yang sangat berpengalaman dan mempunyai posisi finansial yang kuat.




Salah satu cita-citaku ketika menjadi penulis adalah aku ingin memberikan manfaat untuk orang-orang sekitarku. Tulisan-tulisanku harus bisa memotivasi, menyemangati, memberikan informasi sesuatu yang bermanfaat. Selain itu, aku juga ingin memiliki kebebasan finansial dari menulis. Tentu saja, aku harus belajar giat, memiliki multiple income, dan belajar investasi.

Dengan menulis pun aku ingin memiliki kesempatan untuk ke tanah suci. Sesuatu yang sejak dulu kuimpikan. Aku ingin berdoa di sana, beribadah di sana.

Kamu pengen juga? Tenang saja, saat ini Allianz sedang mengadakan campaign KadoUmroh Allianz, cek infomasinya di sini yah.

Dengan persiapan yang matang baik secara finansial dan kesehatan, aku tidak khawatir lagi untuk meraih masa depan yang penuh berkah. Mimpi umroh pun nanti bisa jadi kenyataan.

Ini ceritaku mengejar apa yang kuimpikan.
Bagaimana cerita hidupmu? Share yuk.

- har -

16 comments

  1. masss saya baca dengan seksama dari awal sampai akhir, tp wndingnya ada produk asuransi... heheh

    but btw, cerita kita hampir mirip, dgn mengesampingkan soft selling ini seakan saya membaca cerita hidup saya sendiri.

    pertama, saya berhasil masuk SMA favorit. dan pada saat itu ortu saya ga mampu membiayai, tentu saya harus nyari beasiswa full kesana kemari. akhirnya dapatlah universitas paramadina, tp saya tidak lolos tahap akhir.

    saya juga dapat beasiswa bidik misi. saya suka sekali dengan ekonomi, lalu ambil UI jurusan ekonomi, namun ga lulus juga.

    saya sedih, sudah ga punya pilihan lg mau kuliah dimana. akhirnya muncullah STAN, bahkan saya ga bimbel karena keterbatasan biaya. saya hanya print soal USM 3 tahun terakhir dan beli buku grammar. itu aja yg saya pelajari. alhamdulillah akhirnya lulus.

    kini saya kerja di kementerian keuangan, gaji yg besar, nasibnya paling baik (dari sisi pekerjaan) dibandingkan saudara yg lain.

    saya ngeblog hampir 8 tahun, karena menulis memang hobi saya sejak SMP terutama menulis fiksi. puncaknya 2 minggu belakangan ini pikiran dan hati saya kacau. ingin rasanya kembali menghidupkan imajinasi liar saya. ingin kembali menulis. karena jujur saya bosan dengan rutinitas kerjaan.

    finansial saya persiapkan sejak 1 tahun pertama kerja. kini saya mau matangkan lg, investasi, asuransi dan passive income.

    harapannya saya bisa melakukan hobi saya karena bagaiamanapun yg paling membuat bahagia adalah hobi yg dibayar.

    salah kenal mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebelumnya salam kenal Mas Sabda,
      Blognya tentang finansial keren lhoo, tapi mungkin jika boleh kasih saran, bahasanya lebih dibuat agak 'lemes' aja. Siapa tahu anak-anak milenial jadi suka belajar tentang finansial.

      Ngomong-ngomong masalah asuransi, itu penting kok hehe. Jadi meskipun ada pesan sponsor, tapi sejatinya jika bekerja di rumah sepertiku harus dan wajib ada asuransi.

      Semua hal itu tentang pilihan sih Mas. Aku sendiri kemarin-kemarin lama banget mikirnya, berani atau enggak. Tapi daripada aku penasaran, aku akan mencoba. Mumpung belum ada tanggungan.

      Sekarang perlahan sedang masuk ke labirinnya yang ternyata sangat gelap, sehingga aku harus pantang menyerah.

      Jika boleh kasih saran sih, ikuti kata hati saja. Bicarakan dengan orang tua, dan tentu saja lihat lagi goal dalam hidup pengen seprti apa.

      AKu sendiri sekarang memang fokus banget di blog, tapi sebenarnya nanti pengennya sih tetap dikenal sebagai novelist.

      Tidak ada kata terlambat untuk memulai.

      Lakukan saja yang disuka dan sesuai hati, jangan lupa berdoa.

      Seperti kata Murakami : "Aku selalu melakukan apa pun yang kuinginkan dalam hidup ini. Orang-orang mungkin akan coba menghentikanku dan meyakinkanku bahwa yang kulakukan salah, tetapi aku takkan goyah.”

      Mari terus berkarya, apapun jenis pekerjaannya.

      Delete
  2. Waah salut deh sama mas yang berani meninggalkan zona nyaman dan memilih menjadi full time writer. Mungkin karena belum menikah ya jadi berani mengambil keputusan besar. Kalau sudah punya anak-anak pasti akan berpikir dua kali. Buat saya pribadi menulis itu hobi. JAdi menulis adalah sarana melepaskan diri dari rutinitas kerjaan ibu rumah tangga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal Mbak Nunung.

      Iya benar, karena aku belum punya tanggungan alias buntut di belakang, jadi memang berani melakukannya.

      Semoga kita terus bisa berkarya yah...

      Delete
  3. semangat terus menulis , kalau sdh menajdi passionnya pasti bakal tenang

    ReplyDelete
  4. Kisahnya inspiratif banget. Bisa dijadikan sinetron ini :).

    Suka banget sama bagian ini:

    “Aku tidak mulai berlari karena seseorang menyuruhku untuk menjadi seorang pelari. Sama seperti aku tidak menjadi seorang novelis karena ada orang lain yang menyuruhku. Aku selalu melakukan apa pun yang kuinginkan dalam hidup ini. Orang-orang mungkin akan coba menghentikanku dan meyakinkanku bahwa yang kulakukan salah, tetapi aku takkan goyah.”


    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, memang sangat menginspiratif sekali kisah Murakami.

      Bukunya WHAT I TALK ABOUT WHEN I TALK ABOUT RUNNING juga bagus sekali.

      Delete
  5. Inspiratif kang..

    Sebenernya pas dipertengahan membaca soal asuransi, saya sudah suudzon kayaknya ini sponsor post.

    tapi alur cerita yang dibangun sama akang bisa meghapusnya dan membuat saya membaca sampai akhir.

    butuh jam terbang tinggi nih untuk bisa menulis seperti ini.

    Salam Kenal mas, semoga kita bisa berjumpa secara langsung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih hehe.

      Mari kita terus berkarya yah. Ini saya juga masih belajar kok hehe.

      Delete
  6. Memutuskan untuk menjadi full witer memang butuh tekad bulat, insfiratif bangat ceritanya. Klo aku mah ngeblog buat berbagi saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya benar. Dan harus siap dengan konsekuensi : ngeblog, nulis artikel berbayar, nulis buku, dll. Tidak bisa mengandalkan dari 1 kerjaan saja.

      Delete
  7. Saya juga sekarang jadi full time blogger, Mas. Tinggal di daerah dan menikmati saja. Salam kenal :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah keren. selamat berkarya terus mas. kapan-kapan boleh berbagi tips.

      Delete
  8. I feel you mas, sama2 pilih resign karena mau wujudin mimpi wkkk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe hidup harus bergerak, dan mimpilah yang menggerakkannya

      Delete